Jumaat, 23 Jun 2017

Apakah Sebenar-benar Puasa

Hari raya idul fitri inshaAllah tinggal 2 hari lagi, hari raya idul fitri dalam suluhan ilmu syariat, punya pengartian ataru tafsirannya adalah merujuk kepada hari kemenangan. Tapi Menang apa? Para jamaah. Berperang tidak, berjuang tidak dan berjihad tidak. Apakah yang hendak dimenangkan?. Tidak pantaslah, hanya dengan 30 hari menahan lapar dan dahaga itu, dikatakan tanda menang?.

Hari raya idul fitri dikatakan hari kemenangan  Apakah dengan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga itu bisa dikatakan menang?. Setakat puasa lapar dan dahaga, kanak seusia 9 tahun juga bisa menahan lapar dan dahaga sebagai mana kita yang dewasa. Bahkan lebih hebat lagi anak-anak berpuasa sambil bermain, berlari, sementara kita asyik tidur, mentang-mentang tidur itu ibadah, tapi Apakah itu bisa dikatakan kemenangan?. Kita kata perang melawah hawa nafsu, anak-anak jauh lebih hebat lagi menahan hawa nafsunya, dibandingkan kita. jadi menang dari apa para jamaah.

Hadis ada mengatakan bahawa,
“seringan-ringan puasa di bulan Ramadhan itu, adalah menahan lapar dan dahaga”

 Jika berpuasa sekadar menahan lapar dan dahaga, itu adalah darjat atau tingkatan puasa yang paling kecil, paling bawah, seringan-ringan, serendah-rendah dan selemah-lemah puasa. Manakah yang dikatakan seberat-berat, sebesar-besar dan seafdal-afdal puasa itu?. Jika yang kecil dan yang ringan saja yang kita tumpu, kita kejar, kita cari dan kita utamakan, sampai kapan untuk kita mendapat tahap puasa yang sebenar-benar puasa, sebesar-besar puasa dan seberat-berat puasa?. Jika kita hanya asyik mengutamakan puasa yang kecil ( puasa yg ringan) tanpa mengerjakan puasa yang berat dan besar, manakah yang dikatakan kemenangan?. Hendak menang apa?.

Muslimin muslimat yang dimuliakan Allah
 Orang yang berpuasa itu, adalah orang yang di dalam kemenangan!. Sekadar menang lapar dan menang dahaga, itu adalah tahap kemenangan puasa yang rendah dan itu adalah darjat kemenangan puasa yang lemah dan kecil.
Kemenangan yang tidak mendatangkan keberhasilan itu, bukanlah dikatakan menang!. Apakah arti kemenangan tanpa keberhasilan?. Menang dengan tidak berhasil, apakah bisa dikatakan menang?. Lulus pemeriksaan tetapi tidak ada hasil!. Apakah itu dikatakan keberhasilan atau kemenangan?. Tanam jagung tetapi tidak ada buah. Apakah itu menang dan apakah itu berhasil?.

Muslimin muslimat yang dimuliakan Allah….
Jika ikut tafsiran ilmu syariat, menahan lapar dahaga itulah yang dikatakan puasa. Tetapi  apabila dilihat melalui suluhan ilmu hakikat atau ilmu makrifat, puasa itu, bukan sahaja perkara menahan lapar dan dahaga sahaja!. Melainkan Menikmati nikmat, rahmat dan barokah Allah s.w.t, itulah puasa!. Nikmat air itulah puasa, nikmat makan itulah puasa. Sebagaimana pengertian bulan Ramadhan bulan Nikmat, Rahmat dan bulan Barokah.

Seringan-ringan atau sekecil-kecil puasa itu, adalah nikmat minum air dan nikmat makan  nasi. Manakala seberat-berat atau sebesar puasa itu, adalah menikmati nikmat mata, telinga, mulut, gerak, melihat, dengar, akal, berpemikiran dan sebagainya.

apabila kita tidak bersyukur atau tidak pandai untuk berterima kasih akan nikmat pemberian Allah s.w.t, itulah tandanya kita yang tidak berpuasa. Setelah kita bersyukur atas nikmat itu, hendaklah nikmat itu spt nikmat mata, telinga, mulut dan lain-lainnya itu dikembalikan semula kepada tuan yang empunya nikmat yaitu Allah swt.

apabila kita sudah tahu apakah itu yang dinikmati, itulah yang dikatakan rahmat dan barakah (Ramadan), akan tetapi nikmat, rahmat dan barokah angggota tujuh kita  ini, hendaklah dikembalikkan lagi kepada Allah. Setelah semua dan segala sifat baharu (diri kita) dikembalikan kepada Allah sepenuhnya secara total, maka itulah yang dikatakan sebenar-benar  Ramadan, sebesar-besar Ramadhan…!.

Berpuasa Ramadan itu, bukan setakat menjaga mulut dari tidak mengumpat orang atau tidak berbohong sahaja, tapi berpuasa Ramadan itu, adalah bermaksud, bermakna dan berarti menyerah anggota mulut dan anggota yang lainnya kepada Allah. Setelah kita serah anggota mulut kepada Allah, berarti kita tidak lagi memiliki mulut! Kita bisu. setelah kita tidak ada mulut, masak masih bisa megumpat atau berbohong!.

Selama  masih ada anggota mulut atau tidak diserah kepada Allah, selama itulah kita akan mengulangi berbohong, mengumpat, mencaci maki  atau menipu orang. Coba jamaah grup bayangkan jikalau kita tidak ada anggota mulut, (bisu), masak bisa mengulangi berbohong, megumpat atau menipu orang?.

Jadi Puasa Ramadan ini, bukan bertujuan untuk menjaga anggota mulut dari mengumpat selama bulan Ramadan yg 30 hari ini sahaja!, bahkan Ramadan itu, hendaklah sepanjang bulan, sepanjang Tahun dan sepanjang Masa, selama hayat masih dikandung badan.

Bagaimanakah caranya ingin berpuasa sepanjang tahun, sepanjang masa sedangkan puasa yang satu bulanpun kita tidak faham dan tidak tahu akan maksud, tujuan, arti atau makna nya?.

Jadi selama ada anggota mulut atau sifat kita selaku manusia, walaupun tidak banyak, lambat laun biarpun sedikit, kita akan tetap mengulangi berbohong, megumpat dan menipu orang. Untuk tidak menipu, berbohong atau mengumpat orang buat selama-lamanya, biarpun ianya bukan bulan puasa, hendaklah kita Ramadankan diri kita (sifat anggota tujuh) kita ini, iaitu dengan cara kita serah sepenuhnya anggota tujuh kita secara total kepada Allah swt,  sampai ke tahap tidak terlihat adanya diri.

Barulah benar-benar Ramadan, barulah mengerjakan puasa yang berat. Tapi untuk sampai kepada tahap ini sangat-sangat-sangat berat selama masih adanya kelihatan diri kita sebagai contoh, gara-gara aku baru dia sukses, kalau bukan aku,..... nah kata-kata aku-aku ini yang hendak diserah kembali kepada Allah swt, barulah kita mengerjakan puasa yang berat, puasa yang dikerjakan oleh orang-orang terdahulu sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam surah al-baqaroh ayat 183 : yang artinya, "HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, DIWAJIBKAN ATAS KAMU BERPUASA SEBAGAIMANA DIWAJIBKAN ATAS ORANG-ORANG SEBELUM KAMU AGAR KAMU BERTAQWA." (Al-Baqaroh:183)

Muslimin muslimat yang dimuliakan Allah….
Inilah puasanya orang2 terdahulu, orang-orang sebelum kita, sebelum nabi Muhammad saw di utus, Jadi Puasa itu bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, bukan sahaja beriktikaf di masjid, bukan sahaja berzikir atas sejadah sepanjang malam.

Puasa itu adalah Ramadhan, Ramadhan itu adalah nikmat, nikmat itu adalah rahmat, rahmat itu adalah berkah, berkah itulah ikhlas, ikhlas itu berserah diri, berserah diri itu, mengembalikan segala kenikmatan diri kepada Allah s.w.t. sehingga pada tahap “Aku tidak ada, Aku tidak punya dan Aku tidak memiliki apa-apa selain Allah”, jadi Allah-Allah-Allah.. Itulah sebenar-benar pengertian puasa Yaitu Berserah Diri!
.
Setelah itu Barulah kita berhari raya fitri, hari raya fitri artinya mengingati hari yang fitrah atau hari semula jadi kita. Karna setelah kita serah semuanya kepada Allah, barulah kita kembali fitri seperti bayi yang baru lahir, bayi yang tidak tahu apa-apa, pasrah seperti anak bayi Dan barulah kita bisa dikatakan menang. Karna kita berhasil mengembalikan segala sifat baharu kita kepada Allah swt.

Tapi para jamaah, sayang 1000 sayang bagaimanakah caranya menyerahkan segala sifat baharu kita, atau menyerah diri kita kepada Allah, kalau kita belum mengenal Allah swt. Bersyukur  orang-orang yg sudah mengenal Allah, karna Setelah mengenal Allah swt, barulah kita dapat tahu penyerahan itu dapat diterima atau tidak.
Jadi kuncinya para jamaah grup, Kenallah terlebih dahulu Allah swt.

untuk mengenal Allah, Kenallah diri terlebih dahulu barulah secara otomatis dapat mengenal Allah swt. Sebagaimana petunjuk dan isyarat para ahli tasawuf “MAN ‘ARA PANAPSAHU PAQOD ‘ARA PAROBBAHU, PAQOD ‘ARA PAROBBAHU PASADAL JASAD” (Barang siapa mengenal akan dirinya, maka kenallah ia kepada tuhannya, barang siapa mengenal Tuhannya maka binasalah jasadnya). Barulah kita tahu cara berserah diri dengan sebenar-benar berserah diri,

dan juga Allah Berfirman : WAHUWA MA’AKUM AINAMA KUNTUM” (mengapa kamu tidak mengetahui, didalam diri kamu rahasiaku).

Muslimin muslimat yang dimuliakan Allah
Semoga yang sedikit ini dapat bernilai bagi kita, dan semoga kita dapat petunjuk untuk mengenal diri mengenal Allah, sehingga kita dapat puasa Ramadhan sepajang bulan sepanjang tahun, dan semoga kita dapat lekas bertemu dengan bulan ramadhan, bertemu lailatul qadar., amin…amin ya robbal ‘alamin.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan